15 Desember 2011

Surat akhir tahun


Marie-Claire Barth- Frommel

Surat tahunan kepada sahabat dan kenalan
pada masa Natal 2011 dan Tahun Baru 2012


Salam sejahtera dalam Tuhan kita,

Hujan turun bergerimis, pohon-pohonan sudah telanjang, hanya bermacam cemara besar yang tetap hijau tua, asap kecil bagaikan bulu burung naik dari cerobong di atas atap basah, hawa dingin, tetapi belum di bawah 0° sehingga geranyum di depan jendela masih merah. Lilin menyala di depan saya di meja tulis , tanda masa Adven, dan hati mencari sahabat yang jauh.

1.Bagi saya tahun yang hampir silam ini ditandai oleh gelar „doctor theologia“. Pertama-tama Ati Hildebrand-Rambe menulis tentang upacara pada kematian orang di Sumba dan Mamasa, menganalisa makna dan peran dalam hidup orang yang berduka dan dalam masyarakat. Ia memikirkan arti kematian baik dalam agama lokal maupun dalam Alkitab dan melihat bahwa ayat seperti „Ishak dikeumpulkan pada leluhurnya“ (Kej 29:33) dan „di rumah BapaKu banyak tempat tinggal“ searah dengan harapan duduk bersama leluhur di rumah Pencipta . Dikembangkan pastoral baru yang menghormati agama lokal tetapi melihat dengan jelas bahwa dalam Injil semua anak Allah setingkat-sederajat dan oang yang masih hidup di dunia ini tidak tergantung pada berkat (atau kutuk) leluhur, tetapi pada Allah sajalah. Disertasi ini akan diterbitkan dalam bentuk dan bahasa Indonesia dan cukup penting! Disertasi kedua ditulis oleh Septemmy Lakawa di Boston: ia menganalisa akibat kerusuhan atas kehidupan penduduk di suatu desa di Halmahera Utara dan mencatat bahwa istilah inti iman kita mendapat warna baru: seorang martir adalah orang yang seperti Yesus sendiri menderita karena iman dan kini mengajak kita untuk mengikuti Jesus dan mencari perdamaian dan hidup dengan Tuhan, Salib tidak lagi mengingat akan pengampunan saja, melainkan akan penderitaan Yesus dan penderitaan sendiri yang bermuarah dalam kebangkitan dan mengajak kita memelihara hidup bersama... Disertasi ini amat kaya dan iapun akan diindonesiakan. Disertasi ketiga ditulis di Kampen oleh Agustinus Setiawidi yang melihat di mana ahli Perjanjan Lama telah berpikir secara kontekstual, Disertasi keempat dikerjakan oleh Yuberlian Padele di UKSW Salatiga dan berinti pada keadilan serta sumbangan yang dinberikan Agustina Lumentut, ketua sinode per. yang pertama di Indonesia, dalam perjuangan untuk keadilan itu. Akhirnya saya sendiri dikaruniakan doctor theologia honoris causa untuk karya sehidup di tengah gereja-gereja di Indonesia.; saya sangat heran menerima kehormatan ini dan merasa bahwa saya jauh lebih banyak belajar dari pada teman-teman dari memberikan sendiri; saya menjadi semacam penerjemah antara dua budaya. (Pidato di depan fakultas dengan judul „Persoalan toelogis yang kini dihadapi gereja-gereja protestan di Indonesia “ dapat diminta dan akan dikirim sebagai attachement mail). Saya berusaha menulis tafsiran kitab Ayub, tugas indah, sulit dan menantang dan maju pelan-pelan.

2. Dalam tahun yang silam arus perobahan dunia makin nyata: kelainan iklim: belum pernah kami menikmati musim rontok dengan bunga dan daun pohon kuning muda, mas tua dan merah di bahwa sinar matahari; kini akhirnya turun hujan grimis, para petani bersyukur, demikian juga penduduk gunung yang dapat mengharapkan touris yang main salju di liburan akhir tahun.
Krisis yang mulai di Amerika Serikat, kini sampai ke Eropa: dalam tahun 90an ekonomi berkembang, proyek riset dan pendididkan serta budaya dimulai, asuransi sosial diperluas, suasana terbuka; tetapi sekarang nyata bahwa Eropa hidup melebihi kemampuan, negara makin berutang, di mana-mana rencana baik dicoret, budget dikecilkan, orang dan lembaga harus menghemat. Rakyat kecil, yang tidak pernah memboros, paling terpukul. Situasi di Swis
masih lumayan, tetapi karena orang yang tadinya simpan uangnya dalam US dollar atau Euro kini pindah ke Franc Swis, maka uang itu naik harganya dengan akibat bahwa barang dan jasa yang diproduksi di Swis menajdi sangat mahal untuk negara tetangga dan ekspor berkurang. Perusahan melepaskan tenaga kerja dan /atau mentransfer sebagian produksi ke negara bergaji rendah; pengangguran bertambah dan orang gelisah. Prognose pun suram: kalau penduduk Eropa masih merupakan 20% penduduk dunia pada tahun 1950, diperkirakan bahwa 2050 masih tinggal 7% (karena jumlah orang tua bertambah dan anak berkurang); kalau tahun 1950 ekonomi Eropa masih merupakan 30% hasil di dunia, maka 1050 masih akan berjumlah 10% karena Cina, India, India dsb maju. Sebagai akibat krisis ini partai politik kanan menggunakan keresahan masyarakat untuk mengembangkan suatu nasionalisme sempit, yang mengagungkan masa lampau dan mempersalahkan “yang lain“ – globalisasi, imigrasi, Islam, dsb- sebagai ancaman nilai luhur. Mereka menutup diri pada perobahan dan menjanjikan keamanan yang takkan mungkin. Makin sulit mempertahankan „civil society“ yang terbuka, kreatip dan menghormati hak-hak asasi manusia. Namun kita harus tekun.

3. Berita keluarga: (omitted, zjn)

Saya mendoakan saudara sekalian dan mohon agar Tuhan menyertai dan memberkati uadara sekalian. Ia datang dalam bentuk seorang anak kecil dan mendampingi kita dalam kelemahan kita, iinlah kekuatan yang mendorong kita mengikuti jalanNya


Marie-Claire Barth- Frommel
e.mail < nenek@bluewin.ch

12 Desember 2011

Catatan kecil di minggu Adven ke-3


by Ati Hildebrandt Rambe
on Monday, December 12, 2011 at 4:07pm

"Weihnachten wird unterm Baum entschieden" terjemahan bebasnya: yang menentukan dalam perayaan natal adalah (hadiah-hadiah yang terletak) di bawah pohon. Begitu bunyi iklan salah satu mega store elektronik di Eropa Media Markt. Iklan ini menuai reaksi protes khusunya dari umat Kristen di Jerman yang anti terhadap komersialisasi perayaan-perayaan religius seperti hari Natal. Salah satu bentuk protes adalah dengan membentuk aksi di Facebook melalui grup „Weihnachten wird in der Krippe entschieden” (Natal di tentukan di palungan”) lihat: https://www.facebook.com/#!/events/100664083386195/ untuk menunjukkan esensi natal bukan di bawah pohon di mana hadiah natal terletak, melainkan di dalam palungan di tempat kelahiran sang Bayi Yesus sebagai Juruselamat dunia dan Raja damai.

Terlepas dari modus Media Markt yang selalu membuat sensasi atas slogan-slogan iklannya, misalnya “ich bin doch nicht blöd” (saya toh tidak bego), sebernarnya iklan ini tengah mengambarkan apa yang terjadi pada perayaan malam Natal (pada tanggal 24 malam) di kebanyakan keluarga di Jerman sini. Hadiah-hadiah natal sudah dipersiapkan berbulan-bulan sebelumnya, bahkan minggu-minggu Adven yang seharusnya diisi dengan minggu penghayatan kedatangan (Adven), dilalui sebagai minggu-minggu stress mencari hadiah. Bagaimana tidak, di negara yang berlebihan (superfluous) seperti di Jerman ini, di mana hampir semua orang telah memiliki semua, tidak gampang untuk mencari hadiah yang dapat membuat si penerima hadiah bergembira di malam Natal. Apalagi tekanan superlatif membuat seseorang terdesak untuk membeli sesuatu yang “lebih baik dari” yang lain atau dari Natal yang lalu. Toh, kekecewaan sering terjadi! Salah satu jawaban atas pertanyan, apa yang anda lakukan dengan hadiah-hadiah natal yang anda dapatkan tetapi tidak perlukan adalah: “untung ada ebay!” (ebay: portal online shopping).

Komersialisasi perayaan-perayaan relijius bukan hanya terjadi pada hari Natal, tetapi intensitasnya terasa di hari natal karena tradisi saling memberi hadiah natal telah menjadi sebuah transaksi materi yang berfokus pada nilai nominal benda. Sehingga di sini yang utama adalah benda-benda apa yang ada “unterm Baum” (di bawah pohon natal) dan bukan interaksi relasional yang justru menjadi pesan utama Natal, yakni “karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia mengaruniakan AnakNya…(Yoh. 3: 16). Interaksi relasional antara Allah dan dunia serta manusia yang berdasar kasih adalah dasar tradisi memberi yang juga dasar tradisi Natal. Namun dalam kenyataannya, benda-benda mati memperoleh tempat yang lebih tinggi ketimbang relasi antar sesama manusia. Sehingga tidak jarang terjadi, benda-benda mati tersebut justru “menghancurkan” relasi antar sesama justru pada hari Natal. Banyak dari apa yang ada “unterm Baum” adalah benda-benda mati hasil penderitaan panjang bahkan pengorbanan hidup para oppressed women dan buruh anak di dunia ketiga, justru diglorifikasi pada malam Natal. Sangat ironis memang!

Yang menentukan pada hari Natal bukan apa yang ada di bawah pohon, melainkan yang ada di dalam palungan, yakni Hadiah dari Allah karena Ia mengasihi kita. Hadiah ini bukan benda mati melainkan seorang bayi manusia yang kelahiranNya mendamaikan relasi-relasi yang hancur: relasi antar sesama, relasi manusia dan alam serta relasi antara bumi dan langit.

Selamat menghayati minggu-minggu Adventus & mempersiapkan perayaan penerimaan Hadiah Allah, Kelahiran (Natal) Kristus. Gloria in excelsis Deo

08 Desember 2011

Pesan Natal 2011

PESAN NATAL BERSAMA PERSEKUTUAN GEREJA-GEREJA DI INDONESIA (PGI) KONFERENSI WALIGEREJA INDONESIA (KWI) TAHUN 2011

“Bangsa yang berjalan di dalam kegelapan telah melihat terang yang besar” (Yes. 9:1a)

Saudara-saudari yang terkasih, segenap umat Kristiani Indonesia di mana pun berada,

Salam sejahtera dalam kasih Tuhan kita Yesus Kristus.

Telah tiba pula tahun ini hari Natal, perayaan kedatangan Dia, yang dahulu sudah dinubuatkan oleh Nabi Yesaya sebagai “seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putra telah diberikan untuk kita, lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai”1. Tokoh inilah yang disebutnya juga di dalam nubuatan itu sebagai “Terang yang besar” dan “yang dilihat oleh bangsa-bangsa yang berjalan dalam kegelapan”2.

Inilah Kabar Gembira tentang kedatangan Sang Juruselamat, Yesus Kristus, Tuhan kita. Pada hari Natal yang pertama itu, para gembala di padang Efrata, orang-orang kecil, sederhana dan terpinggirkan di masa itu, melihat terang besar kemuliaan Tuhan bersinar di kegelapan malam itu3. Mereka menanggapi sapaan ilahi “Jangan takut” dengan saling mengajak sesama yang dekat dan senasib dengan mereka dengan mengatakan satu sama lain: “Marilah kita pergi ke Betlehem untuk melihat apa yang terjadi di sana, seperti yang diberitahukan Tuhan kepada kita”4. Para Majus yang masing-masing telah melihat terang besar di langit negara asal mereka, telah menempuh perjalanan jauh untuk mencari dan mendapatkan Dia yang mereka imani sebagai Raja yang baru lahir. Mereka bertemu di Yerusalem dan mengatakan: “Kami telah melihat bintang-Nya di Timur dan kami datang untuk menyembah Dia”5.

Sayang sekali, bahwa di samping para gembala dan para Majus dari Timur yang tulus itu, ada pula Raja Herodes. Ia juga mendapat tahu tentang kedatangan Yesus, bukan hanya dari para Majus, tetapi juga dari keyakinan agamanya, tetapi ia malah merasa tersaingi dan terancam kedudukannya. Maka dengan berpura-pura mau menyembah-Nya, ia mau mencari-Nya juga dengan maksud untuk membunuh-Nya. Ketika niat jahatnya ini gagal, ia malah melakukan kejahatan lain dengan membunuh anakanak tak bersalah dari Bethehem6. Kepada kita pun, yang hidup di Negara Kesatuan Republik Indonesia dan merayakan Natal pada tahun 2011 ini, telah disampaikan Kabar Gembira tentang kedatangan Tuhan kita Yesus Kristus, yang adalah “Firman, yang di dalamnya ada hidup dan hidup itu adalah terang bagi manusia”7.

Memang, yang kita rayakan pada hari Natal itu adalah: “Terang yang sesungguhnya yang sedang datang ke dalam dunia. Ia telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan oleh-Nya”8. Tetapi sayangnya ialah bahwa, “dunia tidak mengenal-Nya. Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya”9. Dan kita tidak bisa, bahkan tidak boleh, menutup mata untuk itu. Kita juga menyaksikan, bahwa bangsa kita masih mengalami berbagai persoalan. Kemiskinan sebagai akibat ketidakadilan masih menjadi persoalan sebahagian besar bangsa kita, yang mengakibatkan masih sulitnya menanggulangi biaya-biaya bahkan kebutuhan dasar, apalagi untuk pendidikan dan kesehatan;

Kekerasan masih merupakan bahasa yang digemari guna menyelesaikan masalah relasi antar-manusia; Kecenderungan penyeragaman, ketimbang keanekaragaman masih merupakan pengalaman kita. Akibatnya, kerukunan hidup, termasuk kerukunan antar-umat beragama, tetap masih menjadi barang mahal; Korupsi, bukannya dihapuskan, tetapi malah makin beranak-pinak dan merasuki segala aras kehidupan bangsa kita bahkan secara membudaya;

Penegakan hukum yang berkeadilan dan penghormatan terhadap hak-hak asasi manusia masih merupakan pergumulan dan harus tetap kita perjuangkan; Pencemaran dan perusakan lingkungan yang menyebabkan bencana alam, seperti yang belum pernah terjadi sebelumnya, tetap mencemaskan kita. Mereka yang diberi amanat dan kekuasaan untuk memimpin bangsa kita ini dengan benar dan membawanya kepada kesejahteraan yang adil dan merata, malah cenderung melupakan tugas-tugasnya itu.

Oleh karena itu, saudara-saudari yang terkasih, dalam pesan Natal bersama kami tahun ini, kami hendak menggarisbawahi semangat kedatangan Kristus tersebut dengan bersaksi dan beraksi, bukan hanya untuk perayaan Natal kali ini saja, tetapi hendaknya juga menjadi semangat hidup kita semua:

• Sederhana dan bersahaja: Yesus telah lahir di kandang hewan, bukan hanya karena “tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan”10, tetapi justru karena Dia yang “walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia”11.
• Rajin dan giat: seperti para gembala yang setelah diberitahu tentang kelahiran Yesus dan tanda-tandanya, lalu “cepat-cepat berangkat dan menjumpai Maria, Yusuf dan bayi itu”12. •?Tanpa membeda-bedakan secara eksklusif: sebagaimana semangat kanak-kanak Yesus yang menerima para Majus dari Timur seperti adanya, apapun warna kulit mereka dan apapun yang menjadi persembahan mereka masing-masing13.
• Tidak juga bersifat dan bersikap mengkotak-kotakkan, karena Yesus sendiri mengajarkan bahwa “barangsiapa tidak melawan kamu, ia ada di pihak kamu"14.

Saudara-saudari yang terkasih, Tuhan Yesus, yang kedatangan-Nya sudah dinubuatkan oleh Nabi Yesaya hampir delapan ratus tahun sebelum kelahiran-Nya, disebut sebagai “terang besar” yang “dilihat oleh bangsa-bangsa yang berjalan di dalam kegelapan”15. Nubuat itu direalisasikan-Nya sendiri dengan bersabda: “Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup”16.

Di samping penegasan tentang diri-Nya sendiri itu, barangkali baik juga kita senantiasa mengingat apa yang ditegaskannya tentang kita para pengikut-Nya: "Hanya sedikit waktu lagi terang ada di antara kamu. Selama terang itu ada padamu, percayalah kepadanya, supaya kegelapan jangan menguasai kamu; barangsiapa berjalan dalam kegelapan, ia tidak tahu ke mana ia pergi”17. Akhirnya marilah kita menyambut kedatangan-Nya dengan sederhana dan tidak mencolok karena kita tidak boleh melupakan, bahwa sebagian besar bangsa kita masih dalam kemiskinan yang ekstrim. Dengan demikian semoga terjadilah kini seperti yang terjadi pada Natal yang pertama: ”Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya”18.

SELAMAT NATAL 2011 DAN TAHUN BARU 2012

Jakarta, 17 November 2011

Atas nama PERSEKUTUAN GEREJA-GEREJA DI INDONESIA (PGI),
Pdt. Dr. A.A. Yewangoe/Ketua Umum
Pdt. Gomar Gultom, M.Th /Sekretaris Umum

KONFERENSI WALIGEREJA INDONESIA (KWI),
Mgr. M.D. Situmorang /Ketua
Mgr.J.M. Pujasumarta /Sekretaris Jendral

1 Yes. 9:5. 2 Bdk. Yes. 9:1a. 3 Bdk. Luk. 2:8-9. 4 Ibid. ay 15. 5 Mat. 2:2. 6 Lih. Mat. 2: 8, 10-12. 7 Bdk. Yoh. 1:1-4. 8 Bdk Yoh 1:9 9 Ibid. ay. 1:10-11 10 Luk. 2:7. 11 Flp. 2:5-7. 12 Luk. 2:16. 13 Lih. Mat. 2:11 14 Luk. 9:50. 15 Bdk Yes. 9:1a. 16 Yoh. 8:12. 17 Yoh. 12:35. 18Luk. 2:14.