31 Juli 2013

Tetaplah Berdoa

Infant Samuel by Joshua Reynolds, 1723
Oleh Zakaria J. Ngelow Bahan pada Kursus Dasar Pelayanan Gereja (KDPG), Sabtu, 13 Juli 2013

Berdoa adalah bagian normal kehidupan orang Kristen. Setiap orang Kristen merasakan kebutuhan untuk berkomunikasi dengan Tuhan menyatakan syukur dan/atau permohonan secara pribadi (melalui berdoa pribadi) maupun dalam persekutuan (berdoa bersama) di rumah bersama keluarga, maupun dalam persekutuan jemaat. Dalam doa pribadi orang memilih tempat dan waktu berdoa yang mendukung menciptakan suasana yang baik untuk berdoa. Mengenai posisi atau sikap tubuh tiap orang bebas memilih yang paling tepat baginya untuk masuk dalam komunikasi intim atau khusuk dengan Tuhan: menutup mata, merangkap tangan sambil duduk, tunduk, berlutut, atau sikap lainnya.
Menyusun kata-kata
Dalam doa bersama, hadirin ikut menyimak doa yang diucapkan, karena itu perlu membuat mereka tetap mengikuti dengan khusuk. Maka doa perlu diungkapkan dengan kata-kata yang jelas, runtut, santun, indah dan sadar batas waktu (jangan terlalu panjang). Jangan ungkapan dan pengucapan doa membuat konsentrasi hadirin hilang, sehingga tidak ikut berdoa dengan khususk lagi. Tetapi banyak orang Kristen mengalami kesulitan, khususnya jika akan memimpin doa dalam persekutuan. Kesulitan itu terutama dalam menyusun kata-kata dan urutan kalimat-kalimat doa yang dianggap baik untuk diucapkan. Karena kesulitan itu maka tidak merasa yakin sehingga gugup atau grogi. Bagaimana mengatasi itu? Dengan rajin mengikuti kebaktian dan menyimak doa yang diucapkan pemimpin ibadah maka orang akan terbiasa dengan kalimat-kalimat doa, yang kemudian dapat diulanginya. Lama-kelamaan akan terbiasa dan tidak gugup lagi, dan dapat merumuskan sendiri kata-kata yang tepat. Sebaiknya ada persiapan, bahkan sebaiknya ditulis lengkap, yang tentu dibaca dengan irama pengucapan doa, bukan seperti membaca pengumuman atau membaca Alkitab. Di dalam kitab-kitab Perjanjian Lama, khususnya Mazmur, banyak contoh-contoh doa. Doa juga dianjurkan dalam ajaran Yesus dan para rasul: "Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan. (Mat 7:7-8) Bersukacitalah senantiasa. Tetaplah berdoa. Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu. (1Tes 5:16-18) Bertekunlah dalam doa dan dalam pada itu berjaga-jagalah sambil mengucap syukur. Berdoa jugalah untuk kami, supaya Allah membuka pintu untuk pemberitaan kami, sehingga kami dapat berbicara tentang rahasia Kristus, yang karenanya aku dipenjarakan. (Kol 4:2-3) Kalau ada seorang di antara kamu yang menderita, baiklah ia berdoa! Kalau ada seorang yang bergembira baiklah ia menyanyi! (Yak 5:13) Secara khusus Yesus mengajar berdoa, sebagaimana yang lazim dikenal sebagai Doa Bapa Kami (DBK, Mat 6: 5-9). Yesus mengajar murid-murid-Nya menghindari cara berdoa “orang munafik” yang berdoa untuk dipuji orang, "Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu. (Mat 6:5-6) Selanjutnya Yesus mengajar untuk berdoa yang tidak bertele-tele, Lagipula dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan. Jadi janganlah kamu seperti mereka, karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepada-Nya. (Mat 6: 7-8)

Doa Bapa Kami
Lalu Yesus mengajarkan DBK, yang berisi tiga bagian, yakni sapaan, harapan, dan permohonan. Di bagian akhir ada puji-pujian (doksologi), yang ditambahkan ke rumusan DBK kemudian dari praktek yang lazim dalam ibadah jemaat. Doksologi ini dapat dinyanyikan sesuai Kidung Jemaat 475.
Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami yang di sorga, Dikuduskanlah nama-Mu, datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga. Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat. (Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.) (Mat 6:9-13)
 Injil Lukas memuat DBK dalam versi yang lebih singkat, namun dengan penjelasan yang menggabungkan penekanan Yesus mengenai pentingnya berdoa, sebagaimana dikemukakan juga dalam Injil Matius (7:7-11). DBK dalam Injil Lukas sebagai berikut:
 Bapa, dikuduskanlah nama-Mu; datanglah Kerajaan-Mu. Berikanlah kami setiap hari makanan kami yang secukupnya dan ampunilah kami akan dosa kami, sebab kamipun mengampuni setiap orang yang bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan. (Luk 11:2-4)
 Sebagaimana dicatat di atas, susunan DBK adalah sapaan, harapan, dan permohonan. Sapaan menunjuk pada alamat doa. Yesus mengajar untuk berdoa kepada Bapa, Bapa-Nya, Allah Bapa kita dalam Kristus, yang ada di surga. Sapaan dalam doa kita juga bisa mengikuti Mazmur: Ya Tuhan atau Ya Allah. Sering juga dengan atribut tambahan: “Ya Allah, Bapa Mahakuasa, Pencipta langit dan bumi ...” Atau “Allah Mahabesar, Mahamurah ...” Atau yang lebih dogmatis: “YaAllah Tritunggal, Bapa, Anak dan Roh Kudus ...” Timbul pertanyaan, apakah berdoa kepada Bapa saja atau bisa kepada Yesus atau Roh Kudus juga? Pada prinsipnya bisa, namun tergantung kelaziman pribadi atau persekutuan. Setelah Sapaan, DBK dilanjutkan dengan Harapan, yang berisi harapan supaya nama Allah dikuduskan, kerajaan-Nya datang, dan kehendak-Nya jadi. Harapan-harapan ini mengandung arti keinginan terwujudnya suatu kehidupan yang sesuai dengan Firman Allah kepada manusia: manusia hidup dalam kekudusan dan ketaatan kepada Allah. Harapan yang juga terungkap dalam Alkitab adalah kedatangan Tuhan, maranatha, ya Tuhan datanglah! Pada bagian ketiga, DBK berisi Permohonan: makanan yang cukup setiap hari, pengampunan dosa, dan dihindarkan dari pencobaan dan yang jahat. Jadi, pemeliharaan Allah dan pendamaian dengan Allah dan sesama. Setelah itu penutup dalam bentuk puji-pujian.  

Susunan Doa
Dari DBK kita dapat mengembangkan susunan doa, yang dapat diringkas sebagai berikut: Alamat/Sapaan Harapan/Ucapan syukur/ Pengakuan Permohonan (satu atau beberapa hal) Penutup Setiap perumusan (pengalimatan doa) mengandung pemahaman yang harus secara sadar dipilih oleh pemimpin doa. Misalnya sapaan kepada Tuhan pada alamat doa mengandung penekanan tertentu. Pada bagian kedua, dapat diungkapkan syukur, misalnya: “Tuhan, terima kasih atas perkenanmu kami boleh berkumpul di sini.” Atau pengakuan: “Tuhan atas kuasa kasih-Mu semata kami dapat selesaikan agenda pertemuan ini.” Pada bagian permohonan perhatikan pokok-pokok yang relevan diminta pada saat itu. Doakan yang sungguh-sungguh perlu didoakan, dan bukannya mengucapkan doa sebagaimana ucapan atau kalimat-kalimat doa yang biasa orang ucapkan.

DBK Keterangan tambahan?
Dalam doa yang diakhiri dengan “dalam nama Yesus”, sering ada keterangan tambahan mengenai Yesus, menjadi “dalam nama Yesus, Tuhan, Juruselamat kami”. Atau “dalam nama Yesus Kristus, Penebus dosa kami”; atau keterangan lain seperti: “yang telah disalibkan untuk penebusan kami”, dsb. Dalam bentuk keterangan tambahan sering pula (bahkan resmi dalam liturgi) doa bebas disambung dengan DBK: “... dalam nama Yesus Kristus, yang telah mengajar kami berdoa bersama ...”. Penyambungan seperti ini tidak cocok dari segi susunan kalimat, dan tidak tepat dari segi makna doa. Sebaiknya DBK berdiri sendiri, atau disambung dengan cara jedah: setelah doa selesai (dengan Amin), ada jedah sejenak lalu “Mari kita berdoa bersama DBK ...” Dalam nama Yesus Banyak orang Kristen berpegang pada pengajaran Yesus dalam Injil Yohanes, untuk berdoa dengan mengakhiri “dalam nama Yesus”, Jika kamu meminta sesuatu kepada-Ku dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya. (Yo 14:14; band Yo 15:16; 16:23-24) Orang salah faham terhadap berdoa “dalam nama Yesus” ini. Ada yang mengira bahwa wajib menutup setiap doa dengan kata-kata “dalam nama Yesus” atau “dalam nama Tuhan Yesus” (1Kor 5:5; Ef 5:20). Memang telah menjadi tradisi yang lazim dalam gereja untuk menutup doa dengan rumusan “dalam nama Yesus Kristus”, namun bukan keharusan. Doa dapat pula tidak diakhiri dengan ungkapan itu. Pada bagian penutup doa dapat pula diucapkan suatu doksologi, misalnya: ”Terpujilah Tuhan selama-lamanya.” (band. Mzm 141:14; 2Kor 1:3; Ef 1:3; 1Pet 1:3) Kesalahan lainnya adalah menjadikan “dalam nama Yesus” sebagai mantra, misalnya untuk mengusir setan atau untuk menyembuhkan penyakit, sebagaimana dipraktekkan kalangan Kristen tertentu. Ungkapan “dalam nama Yesus” secara sederhana bisa berarti dalam iman kepada Allah, Bapa dalam Yesus Kristus. Itu juga makna dari perkataan Yesus dalam Injil Matius, yang terkait dengan persekutuan jemaat: “Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam Nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka.” (Mat 18:20) Doa kesembuhan? Dalam sejarah gereja muncul gerakan-gerakan penyembuhan ilahi, yang percaya dan mempraktekkan mujizat kesembuhan melalui doa. Mendoakan orang sakit dengan tim doa, dengan minyak urapan, dengan sentuhan tangan, dsb sebaiknya dihindari, karena berdasar faham teologi yang tidak bisa dipertanggungjawabkan. Nasihat dalam surat Yakobus 5: 14-16 tidak bisa dijalankan seolah-olah pedoman praktis penyembuhan ilahi. Sebaiknya orang sakit didoakan dalam rangka pengobatan medis, bukan berharap pada mujizat langsung kesembuhan ilahi. Setiap orang Kristen boleh mendoakan orang lain, termasuk orang sakit -- untuk memohon kesembuhannya melalui upaya-upaya pengobatan. Tetapi tidak semua orang beroleh karunia menyembuhkan; dan tidak semua orang yang memamerkan “kuasa menyembuhkan” sungguh-sungguh melakukan mujizat dari Allah.

Doa Makan 
Setiap doa makan adalah doa syukur, yaitu bersyukur atas berkat berupa makanan dan minuman. Jika makanan dan minuman diterima sebagai berkat maka tidak perlu memohon berkat atas makanan-minuman itu. Juga jangan membiasakan mendoakan supaya Tuhan mengurus orang lapar dan yang susah lainnya, melainkan mohon kesempatan/kemampuan/kepekaan untuk melayani sesama yang memerlukan pelayanan. “Ya Tuhan, terima kasih atas makanan-dan minuman ini. Kami menerimanya sebagai berkat-Mu untuk kekuatan dan kesehatan kami. Beri kami kesempatan melayani orang yang berkekurangan ...” Bandingkan dengan syair Kidung Jemaat 469, yang biasa juga dinyanikan sebagai pengganti doa makan (sebagaimana juga KJ 471): Ya Tuhan, t’rima kasih atas yang Engkau beri: Makanan dan minuman dan segala rezeki. Haleluya, Haleluya, Haleluya! Amin.

Doa-doa Liturgis 
Dalam liturgi kebaktian hari Minggu terdapat beberapa doa, ada yang bebas, ada yang sudah dirumuskan. Doa Persiapan (di konsistori) Doa Pengakuan Dosa Doa Pembacaan Alkitab (epiklese) Doa Syafaat Doa Persembahan Doa Penutup (di konsistori) Setiap pokok doa liturgis sebaiknya terbatas pada maksud doa itu. Misalnya doa persiapan jangan menjadi doa syafaat, dan doa penutup jangan menjadi doa persembahan yang kedua. Demikian juga doa syafaat tidak usah merupakan bagian dari khotbah. Ingatlah bahwa doa jangan bertele-tele seperti doa orang yang tidak mengenal Allah! Supaya doa syafaat – yang merupakan gabungan doa syukur dan doa permohonan – tidak panjang, tetapkan pokok-pokok yang akan didoakan. Bagi atas pokok-pokok doa syukur dan pokok-pokok doa permohonan. Satukan yang sama, misalnya syukur ulang tahun beberapa orang: “Bapa di sorga, kami mengucap syukur atas karunia pemeliharaan-Mu atas saudara-saudara A, B, C, yang berulang tahun minggu ini. Tuhan tetap peliharakan hidup masing-masing.” Demikian juga warga yang sakit, dan pokok doa lainnya. Doakan secara singkat. Bisa juga disediakan saat teduh menjelang akhir doa untuk doa pribadi masing-masing anggota jemaat. Bisa dipertimbangkan untuk mengubah pola pelayanan warga jemaat, dengan menyediakan waktu untuk berdoa bersama pendeta/ Majelis Jemaat dengan orang dan/atau keluarganya di rumah atau di konsistori. Sebaiknya pokok-pokok doa seperti untuk yang ulang tahun atau yang sakit disampaikan sebelumnya, supaya doa tidak menjadi semacam pengumuman, bila tidak disediakan daftarnya dalam copy warta jemaat yang dibagikan. Beberapa pokok yang lazim dimasukkan dalam doa syafaat, seperti doa untuk pemerintah dan untuk gereja-gereja tidak selalu harus didoakan setiap minggu. Sebaiknya pokok-pokok itu didoakan hanya terkait hal khusus, misalnya perayaan atau peristiwa tertentu. Sebagaimana dicatat dalam hubungan dengan doa makan, janganlah merumuskan permohonan mendoakan orang-orang susah, miskin, sakit, menderita di mana-mana sebagai penugasan kepada Tuhan Allah untuk mengurus mereka! Pelayanan mereka adalah tanggungjawab gereja. Karena itu gereja mendoakan pelayanan yang dikerjakannya. Perhatikan pula supaya berdoa tetap suatu komunikasi khusuk dengan Tuhan, bukan menjadi akta (tindakan) liturgis yang asal dilakukan, yang membuat orang memilih meninggalkan saat doa ke kamar kecil. Seringkali orang diminta berdoa dalam acara umum, seperti pada resepsi pernikahan, atau acara lainnya, yang dihadiri undangan yang tidak beragama Kristen. Bagaimana doanya, apakah diucapkan dengan pengungkapan khas Kristen seperti “Ya Bapa di sorga” dan “dalam nama Yesus Kristus”? Ada yang menyatakan bahwa doa di pertemuan umum seperti itu sebaiknya tidak menonjolkan yang khas Kristen, melainkan ungkapan umum saja yang dapat di-amin-kan oleh semua hadirin. Tetapi ada pula yang berpendapat doa harus menampakkan cirinya secara eksklusif, dari agama mana. Biasanya pemimpin doa yang memilih cara eksklusif Kristen akan menyampaikan sebelum berdoa: “Mari kita berdoa sesuai agama dan kepercayaan masing-masing. Saya akan memimpin dengan cara Kristen ...” Yang mana pun pilihan, doa haruslah benar doa, yang mengarahkan hadirin menghadap Tuhan dengan khusuk. Yang perlu dihindari adalah cara berdoa dalam perkumpulan umum yang “mencuri” kesempatan untuk “berkhotbah kepada para pendengar”. Jelas itu bukan doa, dan orang bukannya akan simpati, melainkan antipati kepada cara seperti itu. Bahkan di gereja atau kebaktian Kristen orang tidak suka mengikuti doa yang dibelokkan menjadi khotbah.

Catatan Penutup 
Dengan berdoa orang berkomunikasi kepada Tuhan menyampaikan kebutuhannya, atau mengungkapkan perasaannya, sukacita (bersyukur) maupun dukacita (mengeluh). Berdoa juga memperkuat hubungan dengan Tuhan. Selain berbagai rumusan dari Alkitab, dalam sejarah Kristen ada rumusan doa yang dipelihara sebagai kekayaan rohani gereja. Dua doa berikut bermanfaat mengembangkan diri dalam spiritualitas Kristen.

Doa Santo Fransiskus Asisi (1182-1226)
Tuhan, jadikan aku pembawa damai. Bila terjadi kebencian, jadikan aku pembawa cinta kasih. Bila terjadi penghinaan, jadikan aku pembawa pengampunan. Bila terjadi perselisihan, jadikan aku pembawa kerukunan. Bila terjadi kesesatan, jadikan aku pembawa kebenaran. Bla terjadi kebimbangan, jadikan aku pembawa kepastian. Bila terjadi keputusasaan, jadikan aku pembawa harapan. Bila terjadi kegelapan, jadikan aku pembawa terang. Bila terjadi kesedihan, jadikan aku pembawa kegembiraan. Ya Tuhan, semoga aku lebih ingin menghibur daripada dihibur, memahami daripada dipahami, mencintai daripada dicintai. Sebab dengan memberi aku menerima, dengan mengampuni aku diampuni, dengan mati suci aku bangkit lagi, untuk hidup abadi. 

Serenity Prayer
Dipopulerkan teolog Amerika, Reinhold H. Niebuhr (1892-1971) sejak tahun 1930-an. Versi yang pendek sebagai berikut:

Ya Allah, karuniakan padaku Kedamaian untuk menerima apa yang tak dapat kuubah, Keberanian, untuk mengubah apa yang bisa Dan Kearifan membedakan keduanya. 

Versi lengkapnya:
Ya Allah, beri padaku karunia untuk menerima dengan hati damai apa yang tak dapat kuubah. Keberanian untuk mengubah apa yang harus diubah, dan Kearifan untuk membedakan yang satu dari yang lain. Hidup sehari demi sehari Menikmati setiap saat Menerima penderitaan sebagai jalan menuju damai, Menerima, sebagaimana Yesus juga, Menerima dunia berdosa ini, apa adanya, Bukan sebagaimana keinginanku. Yakin bahwa Engkau akan membuat semuanya baik Jika aku berserah pada kehendak-Mu. Maka aku akan gembira dalam hidup ini. Dan penuh sukacita dengan Engkau selama-lamanya dalam hidup yang akan datang. Amin. 

Makassar, 14 Juli 2013