18 Juni 2009

PGI: Surat Penggembalaan PILPRES 2009

SURAT PENGGEMBALAAN
PERSEKUTUAN GEREJA-GEREJA DI INDONESIA (PGI)
DALAM RANGKA PEMILIHAN PRESIDEN R.I. 2009

Saudara-saudara warga Gereja anggota PGI di mana pun berada,

Salam dalam kasih Yesus Kristus Juruselamat dunia,

Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden tanggal 8 Juli 2009 makin mendekat, dan kampanye Pilpres sedang berlangsung. Kita bersyukur sebab demokrasi berada dalam proses pertumbuhan, kendati masih banyak hal yang harus dibenahi sehingga demokrasi tidak sekadar memenuhi prosedur yang ada, tetapi sungguh-sungguh memperhatikan dan merefleksikan nilai-nilai yang tercantum didalam Pancasila dan UUD 1945.

Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) dan Gereja-gereja anggotanya bukanlah partai politik atau organisasi yang menjalankan politik praktis, yaitu politik yang berusaha merebut kekuasaan dalam negara. Politik Gereja (baca: PGI) adalah politik moral atau yang bertujuan menyampaikan pesan-pesan moral atau suara kenabian di tengah zaman. Dalam kaitan itu PGI dan Gereja-gereja ikut bertanggung-jawab dalam kehidupan bersama didalam polis (negara) Indonesia. Orang Kristen Indonesia sebagai bagian integral bangsa harus mampu hidup bersama secara proaktif didalam masyarakat Indonesia yang majemuk.

Nabi Yeremia menyampaikan kepada Umat Israel yang sedang berada dalam tawanan di Babilonia sebagai berikut:

“Usahakanlah kesejahteraan kota kemana kamu Aku buang, dan berdoalah untuk kota itu kepada TUHAN, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu” (Yer. 29:7). Atas dasar itu, kita tidak boleh bersikap pasif menghadapi Pilpres ini, sebab agenda politik ini adalah salah satu upaya penting pembangunan politik bagi kesejahteraan bersama. Di dalam menghadapi Pilpres ini, kami ingin menyampaikan pesan Alkitab bagaimana memilih seorang pemimpin: “Di samping itu kau carilah dari seluruh bangsa itu orang-orang yang cakap dan takut akan Allah, orang-orang yang dapat dipercaya dan benci kepada pengejaran suap…” (Kel. 18:21).

Maka berdasarkan hal-hal yang disebutkan di atas, kami ingin menyampaikan kepada saudara-saudara agar kita memilih Presiden dan Wakil Presiden Indonesia pada Pemilihan Presiden yang akan datang dengan arahan-arahan sbb:

1. Pemimpin yang kita harapkan ialah mereka yang cakap, yakni mempunyai kemampuan dan keterampilan untuk mengatasi persoalan bangsa Indonesia terutama yang cakap dan mampu meningkatkan kesejahteraan rakyat yang masih dihimpit oleh belenggu kemiskinan.

2. Pemimpin yang kita cari ialah pemimpin yang takut akan Tuhan, yaitu pemimpin yang menjalankan tugasnya dengan mengandalkan kekuatan moral, menjauhkan diri dari kebohongan dan segala bentuk manipulasi politik.

3. Pemimpin yang akan kita pilih ialah mereka yang dapat dipercaya yaitu mereka yang terbukti melakukan apa yang dia ucapkan. Telusurilah rekam jejak setiap kandidat sehingga saudara dapat mengetahui siapa dari antara mereka yang dapat dipercaya dan siapa yang tidak.


4. Pemimpin yang kita butuhkan ialah mereka yang benci kepada pengejaran suap yaitu mereka yang selain jujur dan tidak korupsi, mereka juga harus bertekad untuk memberantas korupsi yang menghancurkan per-ekonomian Negara ini.

5. Pemimpin yang kita akan pilih ialah mereka yang tetap mempertahankan Pancasila dan nilai-nilai yang ter-kandung di dalamnya sebagai acuan kehidupan ber-masyarakat, berbangsa dan bernegara. Presiden dan Wakil Presiden haruslah sungguh-sungguh mempunyai komitmen teguh kepada Pancasila, UUD 1945, Negara Republik Indonesia, Bhinneka Tunggal Ika (masyarakat majemuk, setara dan bersatu), dan cita-cita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

Dampak Pilpres 2009 ini tidak hanya untuk periode 2009-2014 saja, melainkan berdurasi sangat panjang yang ikut menentukan nasib bangsa kita di masa depan. Salah memilih berarti membawa bangsa ini kepada penyimpangan yang berakibat fatal bagi kelestarian bangsa.

Kita memilih bukan hanya Presiden dan Wakil Presiden, melainkan juga bangunan koalisi yang ada di belakangnya. Saudara-saudara harus melihat dengan jeli manakah dari pasangan koalisi itu yang tidak secara jelas menjadikan Pancasila sebagai solusi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, melainkan ideologi yang lain.

Saudara-saudara perlu memperhatikan sikap partai-partai politik selama ini yang tidak tegas menolak Undang-undang yang cenderung diskriminatif, seperti UU Pornografi dan Perda-perda yang diskrimnitif di berbagai daerah.

Saudara-saudara juga perlu jeli untuk melihat bagaimana sikap partai-partai politik terhadap kebebasan beragama dan
berkeyakinan di Indonesia selama 4-5 tahun terakhir ini. Apakah golongan Kristen misalnya di beberapa tempat mempunyai kebebasan untuk mendirikan gedung-gedung ibadah atau malah sering dihambat, sedangkan tindakan konkret Pemerintah hampir tidak terlihat.

Pada akhirnya kami ingin menyatakan bahwa visi pembangunan bangsa kita bukan hanya untuk lima tahun mendatang, melainkan jauh melampauinya. Maka yang terutama adalah bagaimana membangun sistem demokrasi yang sehat, bukan sekedar kalah/menang dalam Pilpres.

Kiranya Tuhan membimbing saudara-saudara di dalam menentukan pilihan yang tepat bagi bangsa ini. Tuhan menyertai saudara-saudara.

Jakarta, Medio Juni 2009

Atas nama,
Majelis Pekerja Harian
Persekutuan gereja-gereja di Indonesia


Pdt.Dr.A.A.Yewangoe, Pdt.Dr. Richard M. Daulay, MA
Ketua Umum, Sekretaris Umum

14 Juni 2009

Jogja


Di Wisama Duta Wacana, di Kaliurang, Jogyakarta, tgl 12 - 16 Juni berlangsung Konsultasi Mengenai Persekutuan dan Keadilan (Communion and Justice) di kalangan gereja-gereja anggota WARC (World Alliance of Reformed Church). Pada hari Minggu setelah kebaktian bersama di GKI Gejayan, sejumlah peserta mengunjungi pameran komputer di Jogjakarta Expo Center. Tiga anggota Oase bertemu: Zakaria, Manggeng dan Lian.

Konsultasi dipimpin langsung oleh Sekretaris Bidang Teologia WARC, Dr. Douwe Visser. Konsultasi diselenggarakan dalam rangka penyatuan WARC dengan Reformed Ecumenical Council (REC) menjadi World Communion of Reformed Churches (WCRC) yang akan disahkan pada General assembly kedua wadah eklumenis itu di Grand Rapids, Mich. USA, bulan Juni 2010. Dengan penyatuan itu gereja-gereja bertradisi Calvinis sedunia akan bersatu dalam satu wadah ekumnis.