28 Juli 2009
Ikan tuin-tuin
Di sebuah kampung nelayan, di jalur Barat trans Sulawesi, antara Majene dan Mamuju, di Sulawesi Barat, anda dapat menikmati ikan terbang segar (kadang-kadang ada jenis ikan lain) yang dipanggang. Dalam perjalanan pulang dari program dengan kaum perempuan Kristen di jemaat-jemaat Mamuju, kami sempatkan singgah menikmati sajian sehat ini ...
Saya bertanya bagaimana menangkap ikan tuin-tuin (demikian nama lokalnya) itu? Saya ingin tahu karena ada info bahwa di tempat lain ikan ini tidak dipukat, hanya dimaki-maki lalu pada beterbangan masuk perahu ... Si Ibu pemilik warung mengaku belum pernah ikut melaut (apakah perempuan tidak boleh jadi nelayan?), jadi dia tidak tahu bagaimana menangkapnya. Tetapi dia katakan kabarnya memang begitu: perahu memasuki wilayah yang penuh ikan terbang: lalu para nelayan memaki-maki dengan macam-macam kata-kata jorok, maka ikan tuin-tuin pun beterbangan atau berloncatan ke dalam perahu. Apa benar begitu? Hanya satu cara membuktikannya: ikutlah nelayan menangkap ikan terbang, yang mereka sebut juga "ikan indo siar" ini. Di kampung itu anda juga dapat membeli ikan tuin-tuin asin sebagai oleh-oleh, dengan harga yang murah meriah ...
Jadi kami beli sekadar oleh-oleh. Di mobil Pak Marthen dan Bu Lian banyak berkelakar dengan dirty jokes: saya jadi kuatir jangan-jangan ikan tuin-tuin kami di bagasi sudah pada beterbangan ke hutan ...
Dan tak jauh dari kampung itu, anda dapat menikmati sajian kelapa muda di pantai yang demikian indahnya. Sayang kios-kios kelapa dibangun di sebelah pantai sehingga mengganggu keindahan alam pantainya ...
Perempuan Kristen
Murid Perempuan
• Injil-injil mengakui bahwa kaum perempuan ada di antara pengikut pertama Yesus
• Murid-murid perempuan Yahudi, termasuk Maria Magdalena, Yohana dan Susana menyertai Yesus dalam pelayanan-Nya dan mendukung dengan harta pribadi mereka. (Lk 8:1-3).
Yesus bersikap positif
• Tidak pernah dinyatakan dalam Alkitab bahwa Yesus melecehkan, meremehkan, mencela atau merendahkan perempuan.
• Sikap Yesus justru meng-emansipasi dan menegaskan kesetaraan perempuan dengan laki-laki.
Yesus bersikap positif
• Dia mengajar murid-murid perempuan (Lk 10:38-42)
• Dia menyebut seorang perempuan seorang anak Abraham; sederajat laki-laki (Lk 13:16)
• Dia menerima perempuan dalam kelompok murid-murid terdekat (Lk 8:1-3)
• Yesus berkali-kali memberi perhatian pada para janda (Lk 20:46)
Melawan hukum Yahudi
• Yesus mengabaikan hukum-hukum yang memojokkan perempuan (Mk 5:25-34)
• Dia bercakap-cakap dengan perempuan asing (Yo 4:7-10)
• Yesus mengubah ajaran perceraian yang memihak laki-laki (Mk 10:11 -12)
Pada kebangkitan …
• Kaum perempuan hadir pada kematian Yesus (Mt 27:55-56 Mk15:40-41, Yo 19:25)
• Yesus menampakkan Diri pertama kali kepada seorang perempuan setelah kebangkitan-Nya (Mt 28:1)
• Setelah bangkit, Yesus mempercayakan tugas kerasulan pertama kepada seorang perempuan (Mt 28:5).
Gereja mula-mula
• Sejak awal berdirinya gereja, kaum perempuan termasuk sebagai warga penting. Terdapat sejumlah tokoh perempuan dalam pertumbuhan gereja.
Rasul Paulus …
• Menyalami Priskilla, Yunia, Yulia, dan saudara perempuan Nereus (Rm 16:3,7,15).
• Maria dad Persis dipuji atas kerja keras mereka (Rm 16:6,12).
• Euodia and Sintikhe disebut Paulus sebagai kawan sekerja dalam penginjiloan (Fil 4:2-3).
Bapa-bapa Gereja
• Bapa-bapa Gereja meminggirkan perempuan dari pelayanan gereja.
• Tertullianus pada abad ke-2 menulis bahwa perempuan tidak boleh bicara di dalam gereja, apalagi mengajar atau melayani sakramen.
Bidat-bidat …
• Sejumlah gerakan yang dianggap penyesat dalam gereja justru memberi jabatan gerejawi kepada perempuan, seperti: Montanisme (abad ke-2), Quintillian and Kolliridian (abad ke-4), dan Priskillianisme (abad ke-4).
Gereja Katolik
• Gereja Katolik, Gereja Koptik dan Gereja Ortodoks Timur sama menekankan bahwa hanya laki-laki yang boleh menjadi pejabat gereja.
• Alasannya: Yesus lahir sebagai seorang laki-laki, dan hanya laki-laki yang menjadi murid-murid-Nya
Biara …
• Munculnya biara Kristen sejak abad ke-5 membuka pintu bagi peran perempuan dalam gereja.
• Di biara para biarawati menjalni kehidupan yang bebas dari jalan perkawinan, dan mengembangkan diri dalam pengetahuan dan keterpelajaran dalam teologi dan pelayanan gereja.
Pengajar Gereja
• Santa Katerine dari Siena dan Santa Teresa dari Avila adalah teolog yang hebat, bahkan kemudian ditetapkan oleh Gereja Katolik sebagai “Pengajar Gereja”, suatu gelar yang juga hanya sedikit laki-laki memperolehnya.
Merendahkan …
• Thomas Aquinas, teolog Katolik ternama dari Abad Pertengahan, menilai rendah perempuan.
• Reformator menutup biara.
• Martin Luther mengajarkan supaya para isteri di rumah saja membereskan keperluan keluarga.
• Kalvin juga setuju bahwa tempat perempaun adalah di rumah saja …
Perkembangan moderen
• Sejak abad lalu, muncul tiga aliran dalam perdebatan mengenai posisi perempuan dalam pandangan gereja.
• Christian feminism, Christian Egalitarianism and Complementarianism.
3 aliran
• Christian Feminists mengikuti gerakan feminis dengan perspektif Kristen.
• Christian Egalitarians mendukung pendekatan yang berdasar kemampuan daripada dasar jender dalam pelayanan Kristen.
• Egalitarians mendukung pengurapan perempuan dan peran yang sama dalam rumah tangga.
Menolak feminisme
• Egalitarian tidak setuju feminisme, karena kalangan feminisme mendukung praktek homoseksual dan aborsi.
• Ada pula feminisme yang mengganti sebutan Allah sebagai Bapa dengan sebutan Ibu, dsb.
Complementarian
• Complementarians percaya bahwa Allah menciptakan laki-laki dan perempuan setara dalam kepribadian dan nilai, namun dengan peran yang berbeda dalam gereja dan rumah tangga.
• Mereka menekankan bahwa laki-laki bertanggungjawab memimpin perempuan.
Galatia 3:28
• 27 Karena kamu semua, yang dibaptis dalam Kristus, telah mengenakan Kristus.
• 28 Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus.
Indonesia
• Perempuan diterima menjadi pejabat gereja (pendeta, diaken, penatua). Apakah jemaat menyambutnya sama dengan laki-laki?
• Perempuan diberi kesempatan berkarir. Tetapi banyak perempuan karir menanggung beban ganda, karena urusan rumah tangga dianggap tanggung jawab isteri.
Indonesia
• Perempuan diakui setara dengan laki-laki, namun kepemimpinan gereja masih di tangan laki-laki.
Mamuju, 23-25 Juli 2009
Zakaria Ngelow
sumber: internet
19 Juli 2009
Oase visit to Tentena (GKST, June 2009)
GKST (Christian Church in Central Sulawesi) is one of the region-based church in Indonesia. So far she is faithful as the church in Central Sulawesi, inspite of some congregations are across the border in South Sulawesi, among the Pamona villages. GKST can be consider as church of ethnics Pamona, Mori, Lore and Wana. They are commonly called Poso people. Founded in 1947, her history is of mission works by the Dutch missionaries of NZG, initiated by A.C. Kruyt (since 1892) and N. Adriani (joined in 1895) of the Dutch Bible Society. GKST consists of 427 congregations in 26 classis. They are served by 624 ministers. There is no data of church membership, but it was estimated about three to four hundred thousand souls. The church belong to a major Protestant church in Indonesia, but the leadership of the church does not well developed. In terms of human resources, compare to other rural churches like of the Torajan and of the Bataks, GKST was lagging far behind.
Most of GKST congregations are rural. Only some congregations in some towns like Palu, Poso, and Tentena can be considered as urban. Some places are transmigration settlements. In the last decades there are massive timber logging in the area. Then palm oil plantations of big companies, and migrants people aggressively conversed forest to cacao farmings. They caused ecological disasters of floods and land slides. The Poso tragedy of Muslims- Christians conflict of 1999-2007 deeply affected the life of the Christian community. Relation of both communities now is better.
As common among the mission works in Indonesia, modern education was also introduced to Poso people. A teacher school was open in Pendolo (later moved to Tentena) in 1938. Both situated in the beautiful Poso lake. Eventually, in 1946, the school divided into two programs of school teacher and of local missionaries education. This missionaries education was later in 1953 became a theological school (in 1980s became STT GKST Tentena).
There are some 80s students of both theology and Christian education departments. But they also engeged in an upgrading program for some 50 Christian education teachers in a distant class arrangement. Number of full time faculty are 10 (4 women); most of them holder of magister theology degree. They are helped by 9 part-time faculty. There is also a post-graduate study. The campus consists of some relatively good and well maintenanced buildings, but poor library holdings and without information technology facilities.
Langganan:
Postingan (Atom)