04 Mei 2009
Foto dari Kalumpang
Di tepi sungai Karama (hulunya di Seko). Salah satu dari 3 sungai terbesar di Sulawesi bersama sungai Lariang (hulunya di Lore Selatan) dan sungai Saddang (hulunya di Tana Toraja). Tetapi sungai Karama yang dapat mendukung transportasi sungai dengan perahu kecil bermotor (katinting). Dari muara (Tarailu) sampai Kalumpang biasanya ditempuh selama 7 jam. Masih bisa terus ke hulu selama 2 jam sampai di Tambingtambing. Kalau anda mau ke Seko bisa meneruskan dengan jalan kaki mendaki satu hari sampai di Beroppa'. [Pelras: di zaman kejayaan kerajaan Luwu, besi asal Seko dibawa dengan perahu lewat sungai ini ...] Antara Mamuju dan Kalumpang ada satu sungai besar (S. Tabulahan?) yang sdh ada jembatan hasil perjuangan Kalvin, Manggeng dll di DPRD I Sulbar. Tapi ada banyak anak sungai kecil-kecil yang tidak bisa diseberangi kalau lagi hujan lebat. Anak sungai yang menghalangi perjalanan kami ternyata hanya sampai mata kaki airnya kalau tidak hujan.
Christin dengan sejumlah pendeta GKSB di depan gedung gereja. Latar belakang adalah bukit Paken yang menjulang di seberang Kalumpang. Di puncak bukit ini terdapat cekungan batu yang selalu basah, menjadi semacam kolam yang setiap tahun ditumbuhi beberapa pohon padi. Dahulu kala pemuka masyarakat setempat naik untuk melihat pertumbuhan padi itu, kalau subur dan tidak diganggu hama berarti pertanian akan berhasil dengan panen yang baik. Sebaliknya kalau ada gangguan hama menandakan akan gagal panen. Sesuai dengan kenyataan itu, jemaat-jemaat GKSB klasis Kalumpang diberi nama Klasis “Batu Pare” (Klasis “Padi Batu”).
Dr. John Campbell-Nelson bersama beberapa pendeta Gereja Kristen Sulawesi Barat di depan kantor Sinodenya di Kalumpang, Kab. Mamuju, Sulawesi Barat (120 KM arah Timur Laut kota Mamuju). Ibu Kota kecamatan Kalumpang ini terletak di tepi sungai Karama.
Foto kedua,[Foto oleh z. ngelow, April 2009]
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar