Zakaria J. Ngelow
Dulu, ketika lingkungan tempat tinggal kami masih memungkinkan, kami memelihara anjing. Pernah turunan herder; hitam dan anggun. Kami beri nama Nero. Lalu seorang teman agak keberatan anjing kok diberi nama sekeren itu, katanya. Saya kutipkan suatu ungkapan sejarah: orang Kristen memberi nama kaisar Romawi kepada anjingnya, tetapi anak-anak mereka diberi nama para rasul Kristus; sebagian mereka mati sebagai martir karena titah atau ulah sang kaisar ...
Catatan ini saya buat ketika nama-nama para rasul itu dipakai dalam bahasa Indonesia menjadi akronim yang tak begitu sepadan: petrus (penembak misterius), matius (mati misterius), markus (makelar kasus) dan entah apa lagi. Petrus dan Matius adalah dua murid Yesus Kristus. Rasul Petrus berperan sebagai murid senior yang pertama dipanggil; berjanji setia tapi menyangkal Yesus; lalu dipulihkan dan diberi tugas mulia yang dalam tradisi Gereja dihubungkan dengan jabatan sebagai pemimpin gereja, wakil Kristus di bumi. Dia menulis 2 surat dalam Kitab Suci Perjanjian Baru (Surat 1 dan 2 Petrus). Dalam tulisan Lukas, Rasul Petrus menonjol sebagai pemimpin jemaat di Yerusalem. Salah satu pengalaman pelayanannya adalah perjumpaan dengan Kornelius. Perisitiwa ini disertai penglihatan yang mengenai makanan yang haram, suatu perubahan penting dalam cara pandang Yahudinya (lihat Kis 10.34,35). Dalam tradisi gereja diriwayatkan bahwa Petrus mati disalibkan secara terbalik (atas permintaannya) di Roma ketika kaisar Nero menyuruh bakar kota Roma dan mempersalahkan orang Kristen (thn 64M?). Kisahnya terhubung dengan legenda Quo Vadis.
Rasul Matius adalah murid terpelajar yang menulis salah satu Injil, yang al. berisi Khotbah di Bukit (fasal 5 -7); Hukum Kasih (fasal 22: 37-40); dan mandat pemuridan (fasal 28: 19-20). Markus tidak terdaftar dalam 12 murid – namun jelas murid-murid Yesus bukan hanya 12 orang dan bukan hanya laki-laki bukan? – tetapi diyakini menulis Injil yang tertua, Injil Markus. Dia juga seorang rasul: saksi langsung kehidupan, pelayanan, salib dan kebangkitan Kristus.
Kadang-kadang orang mengatakan – mengikuti Shakespeare — apalah sebuah nama. Namun lebih banyak orang berpendapat sebaliknya, karena nama punya maknanya. Nama mengandung harapan, kehormatan dan kebanggaan. Lalu bagaimana? Perlukah memulihkan nama-nama para Rasul Kristus dan dengan cara mana? Saya kira satu hal memang perlu: kepada anda semua yang dibaptis dalam nama Allah Tritunggal dengan nama rasul Kristus buktikan melalui prestasi dan perilaku bahwa nama-nama itu memang pantas dihormati dan dibanggakan. Rasul Petrus menulis (1Pet 2:12): “Kelakuanmu di antara orang yang tidak mengenal Tuhan haruslah sangat baik, sehingga apabila mereka memfitnah kalian sebagai orang jahat, mereka toh harus mengakui perbuatanmu yang baik, sehingga mereka akan memuji Allah pada hari kedatangan-Nya.”
22 November 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar