Tepat 50 tahun lalu, 20 Juli 1969, manusia mendarat pertama
kalinya di bulan. Dan program NASA, badan antariksa AS, tidak berhenti di bulan.
Bagaimana para teolog Kristen dan gereja menanggapi penaklukan langit ini? Tujuan
utama pendaratan di bulan pada awalnya adalah tujuan politik. Amerika sangat
perlu mengembangkan keunggulan teknologi dan militer setelah merasa malu atas
keberhasilan perjalanan ruang angkasa Rusia yang menakjubkan dengan Sputnik
yang lewat di antariksa di atas kepala mereka pada tahun 1957 dan 1958. Tetapi
bagi seluruh dunia pendaratan ini mendorong kepercayaan diri yang luar biasa
terhadap kemampuan manusia.
Di balik program moonshot (program pendaratan manusia di bulan) AS ada perkembangan ilmu pengetahuan dan tekknologi yang luar biasa. Sebenarnya belum ada satu komputer pun pada saat itu yang
memiliki kekuatan komputasi seperti smartphone yang terbelakang saat ini
pun — sekali pun komputer yang ada berupa mesin raksasa seukuran beberapa
kulkas. Kemampuan NASA dan MIT dalam waktu yang sangat singkat, membuat langkah
besar dengan menciptakan komputer yang cukup kecil untuk dimuat dan dapat
dioperasikan dalam pesawat antariksa— praktis merupakan keajaiban untuk masa
itu.
Teolog Protestan
Pada tahun 1958 Christianity Today mengajukan
pertanyaan, “Moonshot: Its Meaning?” (Penerbangan ke Bulan: Maknanya Apa?)
kepada 25 teolog Protestan ternama, dengan esai pembuka oleh A.W. Tozer, “A Christian
Look at the Space Age.” Rangkumannya ditulis oleh Douglas Estes dalam
“Moonshot: What Barth, Tillich, and Tozer Thought of the Space Age.”
Reinhold Niebuhr (1892 - 1971), teolog Amerika ternama,
penggagas Christian realism, bingung dengan program antariksa: setelah
menyaksikan kejahatan Holocaust yang mengerikan, kebangkitan komunisme ateis,
dan kebencian dan ketidakadilan yang merasuk begitu banyak orang pada abad
ke-20, Niebuhr tidak dapat membayangkan bahwa teknologi yang canggih dapat juga
menjadi kekuatan untuk kebaikan dunia, bukan hanya untuk kejahatan. Maka ketika
senjata nuklir tampaknya siap untuk menghancurkan dunia, penerbangan antariksa
memberi harapan kepada dunia dengan pengembangan kerjasama antar-negara
—dimulai pada tahun 1975 dengan pembentukan Badan Antariksa Eropa dan kemudian
dengan kerja sama AS-Rusia dan belasan negara maju lainnya membangun Stasiun
Luar Angkasa Internasional.
Paul Tillich (1886 - 1965), filsuf dan teolog eksistensial
yang terkenal, menyarankan bahwa mungkin sementara tidak ada efek religius
langsung pada eksplorasi antariksa, tetapi ada beberapa hal positif bagi umat
manusia yang patut disambut oleh umat Kristiani. Penjelajahan ruang angkasa
dapat mengatasi keterpencilan bumi kita dan menghasilkan visi baru tentang
kebesaran alam semesta di mana bumi dan umat manusia, ruang dan waktu, hanya
merupakan bagiannya. Itu akan seperti penemuan Kepulauan Canary (Agustus 1492) oleh
Christopher Columbus (1451 - 1506), yang merupakan awal penemuan orang Eropa terhadap bagian
dunia yang lebih luas lagi.
Gordon H. Clark (1902 - 1985), filsuf Calvinis dan pendiri
Scripturalism, berpendapat bahwa pendaratan di bulan adalah penugasan Ilahi;
sayangnya bukannya orang-orang beriman yang aktif dalam program itu. Kebanyakan
kalangan Injili tidak mendukung program antariksa AS.
Carl F. H. Henry (1913 - 2003), teolog Injili Amerika terkemuka dan editor/pendiri Christianity
Today, memperingatkan bahwa pendaratan di bulan tidak lebih dari bukti
kesombongan umat manusia, mengikuti semangat Lucifer, yang congkak meninggikan
diri melawan Tuhan Allah.
F. F. Bruce (1910 - 1990), seorang ahli Biblika dan teologi
praktika terkemuka asal Inggris, menyatakan bahwa sementara penjelajahan
manusia dapat memiliki motif pementingan diri sendiri, namun semakin banyak
yang ditemukan manusia tentang alam semesta ciptaan Allah, semakin banyak
alasan yang mereka untuk mengagumi kebijaksanaan dan kekuatan-Nya.
Karl Barth (1886 - 1968), yang sering dipuji sebagai teolog
terhebat di zaman modern, menjelaskan bahwa dari ketinggian langit sampai ke
kedalaman lautan, di
mana pun orang berada, di situ
juga Tuhan ada (band. Mazmur 139: 7-10). Jadi
pergilah ke bulan! Tuhan pun akan
ada di sana.
Dalam esainya A.W. Tozer (1897 - 1963, pendeta dan penulis
Injili, mengeritik bahwa orang Kristen boleh prihatin atas kejahatan dan
kebencian, ketidakadilan dan penderitaan
di dalam dunia. Tetapi jika orang Kristen menyerah dan panik di hadapan
perkembangan ilmu pengetahuan tentang benda-benda langit, maka akan
mengungkapkan betapa tidak memadainya pengertiannya tentang Allah dan betapa
lemah pemahamannya akan makna kebangkitan Kristus dan kenaikan-Nya ke tangan
kanan Yang Mulia di surga. "
Gereja Katolik
Pastor Yesuit Adam D. Hincks (lahir 1983) dari Canada
mendalami astronomi (ilmu
falak) dan aktif mengobservasi ruang angkasa. Sebagai astrophysicist
and cosmologist yang juga mendalami teologi, Pastor Hincks menegaskan tidak ada
pertentangan antara sains dan teologi. Capaian iptek seperti penerbangan di
antariksa membuka cakrawala iman. Di angkasa luar manusia makin sadar betapa
besarnya semesta alam dan manusia hanyalah sebutir debu.
Dari angkasa luar terjadi “overview effect,” orang memandang
betapa luas alam semesta dan betapa kecil manusia. Ini mengingatkan pada Alkitab, Mazmur 8: 4-5, “Jika
aku melihat langit-Mu, buatan jari-Mu, bulan dan bintang-bintang yang
Kautempatkan: apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak
manusia, sehingga Engkau mengindahkannya?” Seorang astronaut bersaksi bahwa terbang di ruang angkasa
melihat realitas Bumi, seakan sendirian di jagat raya. "Pengalaman itu
mengubah hidup saya dan sikap saya terhadap kehidupan itu sendiri.” Pastor
Hincks mengemukakan adanya tradisi di Abad Pertengahan yang melihat alam
sebagai semacam wahyu; ada kitab alam di samping
Kitab Suci.
Pendaratan di bulan juga mengubah cara Gereja melihat sains.
Sepuluh tahun setelah pendaratan di bulan, salah satu hal pertama yang
dilakukan Paus Yohanes Paulus II adalah menghidupkan kembali Akademi Ilmu
Pengetahuan Kepausan (the Pontifical Academy of Sciences). Pada tahun 1992, atas
saran Akademi ini, Gereja Katolik secara resmi meminta maaf karena membungkam
Galileo Galilei (1564 - 1642) pada tahun 1633 di bawah ancaman penyiksaan,
kemudian menjadikannya tahanan rumah selama sisa hidupnya. Pada tahun 1996,
Paus Yohanes Paulus II dengan tegas mengakui fakta evolusi dalam perkembangan
spesies manusia. Dalam hal ini evolusi dilihat gereja sebagai proses penciptaan
Allah.
Dari segi budaya, pendaratan di bulan meningkatkan tempat
teknologi dalam kehidupan manusia. Orang makin kuat berharap pada kemajuan
teknologi. Tetapi Paus Francis memberi catatan kritis terhadap teknologi dan
dampaknya bagi kehidupan manusia modern. Paus tidak menentang sains. Dalam
ensikliknya “Laudato
Si’” (2015) Paus
Francis mendukung pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi. Teknologi telah mengatasi kejahatan yang tak terhitung
jumlahnya yang membahayakan dan membatasi manusia, namun kekuatan yang berasal
dari teknologi dapat digunakan oleh mereka yang memiliki pengetahuan dan sumber
daya ekonomi untuk mendominasi umat manusia dan seluruh dunia. Paus Francis tidak berpikir
bahwa produk teknologi itu netral, melainkan menciptakan kerangka kerja yang akhirnya
mengkondisikan gaya hidup dan membentuk kemungkinan sosial di sepanjang alur yang didiktekan oleh kepentingan kelompok kuat
tertentu.
Jadi, pendaratan
di bulan dan penaklukan ruang angkasa menandai kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi manusia. Kemajuan iptek ini harus terus diletakkan dalam bingkai
moral-etik keagamaan: pada satu fihak demi kemuliaan Allah, dan pada fihak lain
demi kesejahteraan seluruh umat manusia.
Beberapa
acuan:
Ross Andersen “What Will the Moon Landing Mean to the Future?” online at https://www.theatlantic.com/science/archive/2019/07/moon-landing-50-years-later/593803/
Douglas Estes dalam “Moonshot: What Barth, Tillich, and
Tozer Thought of the Space Age,” [online
athttps://www.christianitytoday.com/ct/2019/july-web-only/barth-tillich-tozer-space-age-moon-landing-anniversary.html]
Michael Swan, “Faith in the Stars: Moon Landing Changed How
Church Sees Science” online
athttps://bccatholic.ca/news/canada/faith-in-the-stars-moon-landing-changed-how-church-sees-science
“The Rebbe on the Lunar Landing and Human Prowess” online
athttps://www.chabad.org/library/article_cdo/aid/4439442/jewish/The-Rebbe-on-the-Lunar-Landing-and-Human-Prowess.htm
Makassar,
20 Juli 2019
Zakaria J.
Ngelow