Hj. Dra. St. Hadawiah Parawansa
Keterlibatan perempuan dalam pelayanan gereja tentunya
bukan hal yang asing dan tidak perlu dipertanyakan lagi. Dalam peran dan tugas yang padat sebagai ibu
rumah tangga, domestik maupun publik, perempuan gereja senantiasa meluangkan
waktu dan tenaga serta pengorbanan lainnya demi pelayanan dalam gereja.
Secara kasat mata, jumlah perempuan lebih mendominasi
dari pada kaum bapak/pria dalam ibadah-ibadah atau kegiatan gerejawi lainnya; sayangnya jumlah bukan
menjadi ukuran sumberdaya. Kualitas
tetap menjadi hal utama dalam hal ini, karena itu dirasa perlu oleh pengurus Persekutuan Wanita Gereja Kristen Sulawesi Selatan (PW GKSS) Klasis
Bulusaraung untuk menyelenggarakan sebuah Pelatihan Kepemimpinan Perempuan
lingkup Klasis
Bulusaraung.
Pelatihan Kepemimpinan Perempuan ini diseleggarakan atas
kerjasama tiga lembaga, yakni; Pengurus PW GKSS Klasis Bulusaraung, Yayasan Pelayanan
Holistik Allamahabah (YPHA) dan Yayasan Oase Intim. Kegiatan yang diselenggarakan di pendopo YPHA,
jln Arung
Teko ini dihadiri oleh 36 peserta (33 peserta dari jemaat-jemaat di Klasis
Bulusaraung dan tiga orang dari jemaat tetangga POUK Kanaan)
Empat hari pelaksanaan,14-17Agustus 2012 tidak memudarkan
semangat para peserta, meski kerinduan kepada keluarga masing-masing tentu
merasuk sukma. Beberapa materi yang
disajikan disesuaikan dengan kebutuhan para peserta sesuai hasil rapat
persiapan sebelumnya.
Di antara materi
yang dibahas adalah ketrampilan public speaking dan aspek-aspek kepribadian perempuan (Kristen) difasilitasi Sisca Dalawir;
masalah-masalah perempuan dalam keluarga dan masyarakat dari perspektif hukum
oleh Lusy Palulungan.
Seorang tokoh pengurus Aisyiyah Propinsi Sulawesi Selatan, Hj. St. Hadawiah,
memperkenalkan organisasi perempuan Islam dan kegiatan-kegiatannya. Seorang
tamu dari Australia, Henk , juga memperkenalkan tantangan pelayanan perempuan
Kristen di negerinya, yang sudah sangat dipengaruhi nilai-nilai sekuler.
Sharing ini bertujuan untuk menambah wawasan para perempuan dalam pelayanan
yang tidak hanya terfokus pada pelayanan di dalam tembok gereja tapi juga bagi
masyarakat secara lebih luas.
Akhirnya, kegiatan yang dibuka oleh Majelis
Pekerja Klasis Bulusaraung (Pnt. Petrus Rani) dan juga ditutup oleh MPK Klasis
Bulusaraung (Pdt. Armin Sukri) pun berakhir tepat pada hari kemerdekaan
Indonesia, 17 Agutus 2012.
Pada akhir kegiatan, saya menyempatkan untuk
mewawancarai beberapa Ibu untuk dimintai pendapat seputar proses. Menurut
pengakuan Ibu Martina dan Ibu Ester dari jemaat GKSS Sudiang, seluruh proses yang berlangsung
selama beberapa hari sudah sangat memuaskan dan berharap masih akan diadakan
lagi. Salah satu materi yang sangat
berkesan dan dapat segera dipraktekkan adalah materi Public Speaking dan Kepribadian Kristen, karena pada sessi ini para
peserta dibekali dengan berbagai
aspek etiket pergaulan. Selain itu, Ibu Agustina dan Ibu Dorkas dari Jemaat GKSS
Baji Pa’mai Maros menyarankan waktu pelaksanaan ditambah
dan jika diadakan lagi perlu diadakan pada saat libur. Bagi mereka banyak hal
yang menjadi pelajaran dari pelatihan ini. Dari beberapa peserta yang minta
pendapat menyarankan supaya Kesehatan Reproduksi menjadi salah satu materi pada pelatihan
selanjutnya. [Jenifer]
1 komentar:
Saya sangat respek dengan segala upaya yg sudah dilakukan oleh pihak-pihak yang pro akan kehidupan perempuan gereja, semoga pelatihan seperti ini dapat menjangkau semua perempuan gkss termasuk yang di daerah. Amin
Posting Komentar