12 Desember 2011

Catatan kecil di minggu Adven ke-3


by Ati Hildebrandt Rambe
on Monday, December 12, 2011 at 4:07pm

"Weihnachten wird unterm Baum entschieden" terjemahan bebasnya: yang menentukan dalam perayaan natal adalah (hadiah-hadiah yang terletak) di bawah pohon. Begitu bunyi iklan salah satu mega store elektronik di Eropa Media Markt. Iklan ini menuai reaksi protes khusunya dari umat Kristen di Jerman yang anti terhadap komersialisasi perayaan-perayaan religius seperti hari Natal. Salah satu bentuk protes adalah dengan membentuk aksi di Facebook melalui grup „Weihnachten wird in der Krippe entschieden” (Natal di tentukan di palungan”) lihat: https://www.facebook.com/#!/events/100664083386195/ untuk menunjukkan esensi natal bukan di bawah pohon di mana hadiah natal terletak, melainkan di dalam palungan di tempat kelahiran sang Bayi Yesus sebagai Juruselamat dunia dan Raja damai.

Terlepas dari modus Media Markt yang selalu membuat sensasi atas slogan-slogan iklannya, misalnya “ich bin doch nicht blöd” (saya toh tidak bego), sebernarnya iklan ini tengah mengambarkan apa yang terjadi pada perayaan malam Natal (pada tanggal 24 malam) di kebanyakan keluarga di Jerman sini. Hadiah-hadiah natal sudah dipersiapkan berbulan-bulan sebelumnya, bahkan minggu-minggu Adven yang seharusnya diisi dengan minggu penghayatan kedatangan (Adven), dilalui sebagai minggu-minggu stress mencari hadiah. Bagaimana tidak, di negara yang berlebihan (superfluous) seperti di Jerman ini, di mana hampir semua orang telah memiliki semua, tidak gampang untuk mencari hadiah yang dapat membuat si penerima hadiah bergembira di malam Natal. Apalagi tekanan superlatif membuat seseorang terdesak untuk membeli sesuatu yang “lebih baik dari” yang lain atau dari Natal yang lalu. Toh, kekecewaan sering terjadi! Salah satu jawaban atas pertanyan, apa yang anda lakukan dengan hadiah-hadiah natal yang anda dapatkan tetapi tidak perlukan adalah: “untung ada ebay!” (ebay: portal online shopping).

Komersialisasi perayaan-perayaan relijius bukan hanya terjadi pada hari Natal, tetapi intensitasnya terasa di hari natal karena tradisi saling memberi hadiah natal telah menjadi sebuah transaksi materi yang berfokus pada nilai nominal benda. Sehingga di sini yang utama adalah benda-benda apa yang ada “unterm Baum” (di bawah pohon natal) dan bukan interaksi relasional yang justru menjadi pesan utama Natal, yakni “karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia mengaruniakan AnakNya…(Yoh. 3: 16). Interaksi relasional antara Allah dan dunia serta manusia yang berdasar kasih adalah dasar tradisi memberi yang juga dasar tradisi Natal. Namun dalam kenyataannya, benda-benda mati memperoleh tempat yang lebih tinggi ketimbang relasi antar sesama manusia. Sehingga tidak jarang terjadi, benda-benda mati tersebut justru “menghancurkan” relasi antar sesama justru pada hari Natal. Banyak dari apa yang ada “unterm Baum” adalah benda-benda mati hasil penderitaan panjang bahkan pengorbanan hidup para oppressed women dan buruh anak di dunia ketiga, justru diglorifikasi pada malam Natal. Sangat ironis memang!

Yang menentukan pada hari Natal bukan apa yang ada di bawah pohon, melainkan yang ada di dalam palungan, yakni Hadiah dari Allah karena Ia mengasihi kita. Hadiah ini bukan benda mati melainkan seorang bayi manusia yang kelahiranNya mendamaikan relasi-relasi yang hancur: relasi antar sesama, relasi manusia dan alam serta relasi antara bumi dan langit.

Selamat menghayati minggu-minggu Adventus & mempersiapkan perayaan penerimaan Hadiah Allah, Kelahiran (Natal) Kristus. Gloria in excelsis Deo

Tidak ada komentar: