19 September 2014

Pelayanan gereja terhadap anak-anak

Catatan Kritis Pdt. Dr. Joas Adiprasetya
mengenai age-segregated model bagi pelayanan kategorial gereja terhadap anak-anak:



Dalam status Facebooknya, Pdt. Dr. Joas Adiprasetya, yang kini Rektor STT JAKARTA, risau pada model pelayanan gereja kepada anak-anak secara kategorial, yang dicelanya sebagai age-segregated model, dan divonis sebagai bunuh diri gerejawi.
Beberapa saat belakangan saya sangat concerned dengan model kategorial di GKI (dan banyak gereja lain), yang sesungguhnya bernama lain: age-segregated model. Tampaknya kita perlu kembali ke model intergenerational yang akan menghindarkan GKI dari "ecclesial suicide"-nya. Bunuh diri gerejawi ini makin tampak jelas. Anda bisa mendeteksinya dengan mudah. Beberapa di antaranya: [1] Jumlah anak-anak sekolah minggu lebih banyak dari remaja dan remaja lebih banyak dari pemuda; [2] Komisi-komisi kategorial melakukan semua dimensi gereja sehingga sebenarnya ada banyak gereja di dalam gereja (ecclesiola in ecclesia); [3] anak-anak raib di dalam ibadah gereja yang disebut "ibadah umum" (sic!); [4] Anak-anak muda mengalami bentuk ibadah yang asing dari model gereja induknya hanya karena ketakutan pada "rumput tetangga"; dll ...
Pdt. Joas berencana melakukan penelitian mengenai hal ini. Dia menunjuk pada sebuah tulisan singkat yang mengisahkan kerepotan ibu-ibu muda mengurus anak-anak mereka di tengah kegiatan ibadah. Di bagian akhir tulisan itu sang penulis, Steven Hunter, mencatat kisah Yesus dan anak-anak dalam Injil: 


Ketika Yesus orang tua membawa anak-anak mereka kepada Yesus , murid-murid-Nya menegur mereka (Mat 19.13-15), namun Yesus menegur murid-murid-Nya. Dia berkata: "Biarkanlah anak-anak itu, janganlah menghalang-halangi mereka datang kepada-Ku; sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Sorga." Kata yang diterjemahkan anak-anak dalam Injil Matius dan Markus adalah paidon. Akar kata “pedagogue” dari kata ini. Kata “paidon” menunjuk pada anak-anak atau bayi, atau lebih khusus anak-anak yang baru bertumbuh, laki-laki atau perempuan. Ketika Lukas menulis kisah ini, dia memakai kata “brephos” yang berarti bayi. Lukas tidak bertentangan dengan kisah Matius dan Markus, sebab Lukas menulis bahwa mereka membawa bayi-bayi “juga” (Lk 18.15-17). Mereka mungkin gelisah. Bahkan mungkin menangis. Itu mungkin sebabnya para murid menegur para orang tua mereka, dan mungkin juga karena para bayi itu dianggap masih terlalu kecil untuk memahami berkat yang Kristus sampaikan kepada mereka.
Bawalah anak-anakmu ke gereja. Jika kamu tidak mendengar tangisan di dalam gereja, gereja sedang sekarat. If you don’t hear crying, the church is dying. Mungkin sebagaimana anda bersusah payah sebagaimana orang tua yang terkantuk-kantuk, tetaplah lakukan apa yang anda lakukan. Anda memberi dorongan dan memulai kehidupan anak-anakmu sebagaimana seharusnya.

[Selengkapnya lihat To You Who Bring Small Children to Church, http://veritasvenator.com/2013/09/25/to-you-who-bring-small-children-to-church/]