08 April 2012

Dalam Jumat yang Agung



by Jenifer Astin S. Ladja on Saturday, April 7, 2012 at 11:43am ·

Dengan nafas terengah-engah dan jantung yang berdegup kencang aku mencoba terus berlari dan berlari menyusuri jalan-jalan kota. Mengejar sebuah peristiwa yang tak asing dan sekaligus juga tak lazim. Kota yang biasanya padat riuh karena minggu paskah, kini lengang.

Aku terus mengejar kerumunan orang-orang yang sudah mulai nampak. Meski dengan kaki yang sudah terluka.

Seseorang akan disalib! Ini memang bukan hal yang baru, tapi entah mengapa kali ini rasanya ada yang berbeda dari penyaliban yang biasanya. Aku mengenalnya, memang tidak pernah bercakap secara langsung, tapi aku selalu melihatnya.

Aku berada di bukit ketika Ia mengajarkan orang-orang tentang Kerajaan Sorga. Bahkan, Aku menikmati roti dan ikan yang Ia bagikan bagi kami, juga saat ia melakukan mukjizat-mukjizat.

Di pasar, banyak orang Yahudi berbisik bahwa “Ia adalah Mesias” yang akan membawa orang Israel pada kemerdekaan. Ia adalah Mesias yang telah dinantikan.


Tak lama berselang aku mendengar berita bahwa para tentara Romawi akan menangkapnya karena ia akan membahayakan posisi kaisar dan ia melakukan perlawanan kepada Kaisar dengan menyebut dirinya mesias. Akhirnya, hari ini terjadi.


Seluruh kota hening. Masih nampak telapak-telapak kaki kuda tentara romawi. Dan cucuran darah yang merah amis dan pilu. Hampir pukul 12 siang, namun langit sama sekali tak secerah yang seharusnya. Melainkan Gelap! Kelam!

.........

Itu dia! Aku telah melihatnya dari kejauhan dan mencoba semakin dekat melewati kerumunan orang-orang. Aku melihat seorang perempuan tua menangis di sana. Terluka! Di dekat kaki salibnya. Merana, tak berdaya. Ingin merontah, tapi tak mampu, hanya bisa menangis dan menangis tiada henti.


Luka-luka pada sekujur tubuhnya dan tangan serta kaki yang terpaku sungguh memilukan! Aku mengenalnya sebagai orang yang baik. Seorang di sampingku berbisik, muridnya menyerahkan dia kepada tentara Romawi dengan 30 keping perak.


Tapi... Mengapa orang ini? Mengapa ia nampak begitu pasrah? Mengapa ia membiarkan dirinya dicerca? Mengapa ia tak menunjukkan kekuatannya? Kekuatan yang sama ketika ia menyembuhkan banyak orang dan ketika ia melakukan banyak mukjizat.

Di mana? Dimana keberaniannya ketika ia berdebat dengan orang farisi dan ahli taurat? Di mana nyalinya ketika ia membela ketidakadilan yang terjadi di halaman bait Allah yang berubah jadi pasar? Di mana, di mana ketegasannya ketika harus berhadapan dengan orang-orang yang membawa perempuan yang berzinah kepadanya?



Mengapa salib itu membuat ia diam..tak berdaya.. dan memalukan?

Langit makin gelap! Golgota mencekam! Dan hati bergolak! Apa sebenarnya salib itu baginya?

------

Pada salib itu, aku melihat; Diskriminasi, aku melihat Segala bentuk ketidakadilan, aku melihat Marjinalisasi, Kekerasan, Penindasan dan segala penderitaan manusia.

Apakah ia membiarkan dirinya memikul semua itu? Ya, bersamanya ia menyalibkan segala bentuk kejahatan dan dosa.

Rupanya, ia tidak selemah seperti yang kukira pada awalnya. Kekuatannya yang sesungguhnya ia nampakkan dalam perjuangan yang hening untuk mengangkat dan mengembalikan harkat dan martabat manusia.


Salib itu merobohkan segala jarak; antara yang transenden dan imanen, antara yang ilahi dan manusiawi. Antara yang kaya dan yang miskin, antara yang lemah dan yang kuat, antara budak dan orang merdeka.

Salib merobohkan segala jarak dan keangkuhan!!


Melalui salib, ia memberi dirinya demi martabat kemanusiaan.



Jenifer,
6/7 April 2012

Tidak ada komentar: