31 Agustus 2012

Pelatihan Perempuan Gereja

Pelatihan PW GKSS Klasis Bulusaraung, Agustus 2012: foto bersama peserta dengan fasilitator, 
Hj. Dra. St. Hadawiah Parawansa

Keterlibatan perempuan dalam pelayanan gereja tentunya bukan hal yang asing dan tidak perlu dipertanyakan lagi.  Dalam peran dan tugas yang padat sebagai ibu rumah tangga, domestik maupun publik, perempuan gereja senantiasa meluangkan waktu dan tenaga serta pengorbanan lainnya demi pelayanan dalam gereja.

Secara kasat mata, jumlah perempuan lebih mendominasi dari pada kaum bapak/pria dalam ibadah-ibadah atau kegiatan gerejawi lainnya; sayangnya jumlah bukan menjadi ukuran sumberdaya.  Kualitas tetap menjadi hal utama dalam hal ini, karena itu dirasa perlu oleh pengurus Persekutuan Wanita Gereja Kristen Sulawesi Selatan  (PW GKSS) Klasis Bulusaraung untuk menyelenggarakan sebuah Pelatihan Kepemimpinan Perempuan lingkup Klasis Bulusaraung.

Pelatihan Kepemimpinan Perempuan ini diseleggarakan atas kerjasama tiga lembaga, yakni; Pengurus PW GKSS Klasis Bulusaraung, Yayasan Pelayanan Holistik Allamahabah (YPHA) dan Yayasan Oase Intim.  Kegiatan yang diselenggarakan di pendopo YPHA, jln Arung Teko ini dihadiri oleh 36 peserta (33 peserta dari jemaat-jemaat di Klasis Bulusaraung dan tiga orang dari jemaat tetangga POUK Kanaan)

Empat hari pelaksanaan,14-17Agustus 2012 tidak memudarkan semangat para peserta, meski kerinduan kepada keluarga masing-masing tentu merasuk sukma.  Beberapa materi yang disajikan disesuaikan dengan kebutuhan para peserta sesuai hasil rapat persiapan sebelumnya.

Di antara materi yang dibahas adalah ketrampilan public speaking dan aspek-aspek kepribadian perempuan (Kristen) difasilitasi Sisca Dalawir; masalah-masalah perempuan dalam keluarga dan masyarakat dari perspektif hukum oleh Lusy Palulungan.  Seorang tokoh pengurus Aisyiyah Propinsi Sulawesi Selatan, Hj. St. Hadawiah, memperkenalkan organisasi perempuan Islam dan kegiatan-kegiatannya. Seorang tamu dari Australia, Henk , juga memperkenalkan tantangan pelayanan perempuan Kristen di negerinya, yang sudah sangat dipengaruhi nilai-nilai sekuler.
Sharing ini bertujuan untuk menambah wawasan para perempuan dalam pelayanan yang tidak hanya terfokus pada pelayanan di dalam tembok gereja tapi juga bagi masyarakat secara lebih luas. 
Akhirnya, kegiatan yang dibuka oleh Majelis Pekerja Klasis Bulusaraung (Pnt. Petrus Rani) dan juga ditutup oleh MPK Klasis Bulusaraung (Pdt. Armin Sukri) pun berakhir tepat pada hari kemerdekaan Indonesia, 17 Agutus 2012.
Pada akhir kegiatan, saya menyempatkan untuk mewawancarai beberapa Ibu untuk dimintai pendapat seputar proses. Menurut pengakuan Ibu Martina dan Ibu Ester dari jemaat GKSS Sudiang, seluruh proses yang berlangsung selama beberapa hari sudah sangat memuaskan dan berharap masih akan diadakan lagi.  Salah satu materi yang sangat berkesan dan dapat segera dipraktekkan adalah materi Public Speaking dan Kepribadian Kristen, karena pada sessi ini para peserta dibekali dengan berbagai aspek etiket pergaulan. Selain itu, Ibu Agustina dan Ibu Dorkas dari Jemaat GKSS Baji Pa’mai Maros menyarankan waktu pelaksanaan ditambah dan jika diadakan lagi perlu diadakan pada saat libur. Bagi mereka banyak hal yang menjadi pelajaran dari pelatihan ini. Dari beberapa peserta yang minta pendapat menyarankan supaya Kesehatan Reproduksi menjadi salah satu materi pada pelatihan selanjutnya.  [Jenifer]

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Saya sangat respek dengan segala upaya yg sudah dilakukan oleh pihak-pihak yang pro akan kehidupan perempuan gereja, semoga pelatihan seperti ini dapat menjangkau semua perempuan gkss termasuk yang di daerah. Amin