25 Agustus 2009

Warisan Calvin


Materi diskusi Peringatan 500 Tahun Calvin, 24 Agustus 2009

The Legacy of John Calvin:
Some Actions for the Church in the 21st Century


Dalam rangka memperingati Ulang Tahun tokoh gerakan reformasi John Calvin, maka pada tahun 2008 World Alliance of Reformed Church (WARC) dan John Knox International Center menerbitkan sebuah buku berjudul: “The Legacy of John Calvin: Some Actions for the Church in the 21st Century” (Warisan John Calvin: Beberapa Tindakan yang dapat dilakukan oleh Gereja Abad ke-21”). Penggagas utama dari penerbitan tulisan ini adalah Dr. Lukas Vischer, salah seorang pemimpin gereja Reformed dan mantan Sekjen Dewan Gereja se-Dunia (WCC). Menurut Lukas Vischer, penerbitan buku ini akan merupakan sumbangan yang berharga mengenai bagaimana gereja-gereja dan orang Kristen dapat menggunakan kesempatan peringatan Ulang Tahun Calvin yang ke-500 ini untuk mengadakan perubahan atau pembaruan di tengah dunia masa kini. Usul ini disambut baik oleh pimpinan WARC maupun John Knox International Center. Dalam rangka penulisan ini, penelitian atas karya-karya Calvin yang dapat merupakan sumber inspirasi bagi gereja-gereja masa kini untuk mempromosikan kehidupan, dilakukan oleh Lukas Vischer. Sayang bahwa beliau meninggal dunia pada bulan Maret 2008, hanya beberapa bulan sebelum tulisan tersebut diterbitkan. Kita mengucap syukur kepada Tuhan atas hidup dan pelayanan Lukas Vischer, yang dilakukan bersama isterinya, Barbara Vischer.

Bagaimanakah gereja-gereja, khususnya gereja berlatarbelakang reformed atau yang biasa kita kenal dengan gereja berlatar belakang reformasi atau lebih khusus lagi, gereja yang mengikuti ajaran Calvin, merayakan ulang tahun ke-500 John Cavin? Secara umum dikenal bahwa inti pokok ajaran Calvin adalah memuliakan Tuhan. Setiap upaya untuk menjadikan manusia sebagai pusat pengagungan diri, bertentangan dengan prinsip dan ajaran Calvin. Dengan kesadaran ini, maka dalam memperingati ulang tahun Calvin ke-500, gereja-gereja reformed menyatakan syukur kepada Tuhan atas gagasan-gagasan, khotbah-khotbah dan tindakan-tindakan Calvin yang telah memberi pengaruh pada masanya dan yang terus memberikan inspirasi bagi kemanusiaan saat ini. Dalam rasa syukur ini, Tim Penulis tulisan ini memilih beberapa gagasan kunci untuk dibagikan dan digumuli bersama oleh gereja-gereja, khususnya rumpun keluarga gereja reformed. Tiga tema utama dipilih, yakni: “Making manifest the gift of communion” (Mewujudnyatakan karunia persekutuan), “Covenanting for Justice” (Mengikat perjanjian bagi keadilan), dan “Addressing Violence and Destructions in the Times of War and Armed Conflict” (Menggumuli kekerasan dan kerusakan-kerusakan pada saat perang dan konflik bersenjata). John Calvin banyak menulis dan memusatkan khotbahnya di sekitar ketiga tema tersebut, yang juga merupakan pokok-pokok pergumulan kita pada abad ke-21 ini. Setiap tema tersebut merupakan bab-bab dari buku tersebut.

Dalam menelusuri buku ini, tidaklah cukup dengan hanya memuji pikiran Calvin atau mengagumi bagaimana para penulis menempatkan situasi kekinian di bawah sorotan karya Calvin. Hal ini dapat berakhir pada pengagungan diri seorang manusia John Calvin, hal mana ditentang sendiri oleh John Calvin. Para penulis dalam buku ini secara sadar menempatkan secara berdampingan pikiran-pikiran Calvin dan analisis situasi abad ke-21 ini, untuk menunjuk kepada kenyataan bahwa Allah yang telah berbicara sepanjang sejarah juga terus berbicara bagi kita yang ada pada abad ke-21 ini. Dan pesanNya urgen, mendesak, yakni memanggil gerejaNya untuk dibarui dan untuk menjadi agen pembaruan atau transformasi (ekklesia reformata, semper reformanda). Buku ini bukan sekadar sebuah buku mengenai John Calvin. Secara sadar para penulis menampilkan bagaimana John Calvin berbicara kepada kita masa kini. Setiap bab diawali dengan beberapa kutipan pemikiran Calvin mengenai tema yang disoroti. Kemudian disusul dengan suatu diskusi dan analisis mengenai pemikiran Calvin tersebut dan tantangan-tantangan situasi dunia modern dewasa ini. Buku ini mengajak pembacanya untuk melakukan tindakan konrit. Karena itu setiap bab diakhiri dengan saran mengenai apa yang dapat dilakukan sebagai implikasi-implikasi refleksi teologis ini bagi gereja dan orang Kristen masa kini.

Tim penulis, khususnya editor buku ini, Setri Nyomi, sekjen WARC, mengajak para pembaca untuk mengembangkan diskusi di jemaat-jemaat, institusi teologi maupun melalui berbagai forum, dengan memberikan perhatian pada “What can be done?” (Apa yang dapat dilakukan?). Penekanan ini memperlihatkan sebuah kesungguhan dan kesediaan gereja-gereja untuk membarui diri, atau lebih tepat lagi diperbarui oleh FirmanNya, dan kesediaan menjadi agen pembaruan yang sedang dikerjakan oleh Allah sendiri di tengah dunia ini.

Henriette Hutabarat Lebang
Wakil Presiden WARC

Tidak ada komentar: